25.7.13

Home Inspiration


What do you think? I really love the touch of monochromatic in all pictures. All from weheartit.com

Don't Look Back

weheartit.com


Mungkinkah mencintai seseorang cukup hanya dengan punggungnya saja? Mungkinkah satu atau dua momen yang ada hanya dia yang membelakangimu namun kamu merasa cukup, diam, dan tidak bisa berteriak untuk meminta lebih? Apakah ada janji kebahagiaan ketika ia berbalik arah, tidak lagi membelakangimu? Atau mungkinkah saat itu dirimu menjadi yang pertama lari dan merasa bahwa semuanya hanya angan-angan?

Bagaimana mungkin mencintai seseorang cukup hanya dengan punggungnya saja? Bagaimana bisa satu dua tiga kata yang tersimpan terbawa angin kemudian tersampaikan? Apakah terpikir untuk kamu mencari cara agar dia tidak beranjak dari sana? Apakah dia mampu mengusir kekecewaan dan kesedihan hatimu tanpa perlu ia sedikitpun menatap? Atau haruskah semua terucap dan lebih dari sekadar bayangnya saja?

Haruskah kamu mampu menggapainya? Ataukah memang hal itu sudah lebih dari satu yang indah dalam hari ini. Cukup untuk membuat kamu tersenyum tanpa tanya. Karena mungkin, jika ia berbalik, tatapan matanya tidak seindah bayangmu. Ketika ia berbalik, senyumnya tidak selembut mimpimu. Ketika ia berbalik, kamu menjadi satu-satunya yang berubah arah.

Mungkin cukuplah, untuk beberapa orang, dicintai dari punggungnya saja. Mungkin tidak perlu ada suara. Jika suatu waktu kamu berharap dia menoleh, itu sungguh hal yang biasa. Kamu mengenalnya dari belakang. Mencintainya dari sekumpulan angan. Menganggapnya luar biasa dari sekelebat persepsi yang bisa saja salah.

Tapi beberapa perasaan cukup dipandang seperti itu. Sesederhana kamu yang jatuh hati dengan melihat dari punggungnya saja.

A bit of Romcom

Most of guys I've ever dated now are married. To wonderful women? Sure, I guess. No, I'm not saying this in a mellow tune, or certai...